Puluhan siswa di SMP Negeri 3 Banjar, Jawa Barat, mengalami keracunan setelah menikmati makanan bergizi gratis (MBG) pada Rabu, 1 Oktober. Kejadian ini mengisahkan sebuah tragedi yang mengejutkan, menyebabkan beberapa dari mereka harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan segera.
Salah satu guru yang hadir, Nuryana, melaporkan bahwa total terdapat 856 siswa yang menerima makanan dari program ini pada hari itu. Pembagian dilakukan pada pukul 11.30 WIB, bersamaan dengan jam istirahat sekolah.
Kronologi Kejadian Keracunan di Sekolah
Nuryana mencatat bahwa sekitar 15 menit setelah menyantap makanan MBG, banyak siswa yang mulai menunjukkan gejala keracunan. Mereka mengalami mual, sesak nafas, dan pusing, yang menandai sebuah insiden kesehatan yang serius dalam lingkungan sekolah.
“Reaksi gejalanya muncul sekitar 15 menit setelah makan, dengan banyak siswa merasa pusing dan sesak nafas,” jelas Nuryana ketika dikonfirmasi terkait insiden tersebut. Dia menjelaskan bahwa kejadian ini sangat mengejutkan semua anggota sekolah.
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa pasokan makanan MBG tersebut didapatkan dari dapur SPPG yang terletak di Jalan Mesjid Agung, tidak jauh dari lokasi SMPN 3. Jarak yang dekat ini memungkinkan akses yang lebih cepat bagi siswa, namun sayangnya juga berujung pada masalah serius.
Gejala dan Penanganan di Lokasi
Nuryana menjelaskan bahwa beberapa guru sempat mencicipi menu makanan yang diberikan, tetapi tercium bau tidak sedap dari sejumlah hidangan MBG. Beberapa menu yang disajikan terdiri dari ayam suwir, tempe goreng, nasi, serta buah anggur hijau, tanpa tambahan susu.
“Ada beberapa makanan yang berbau, dan yang demikian tentu tidak diberikan kepada siswa,” tambahnya. Keputusan ini diambil dengan tujuan menjaga kesehatan anak-anak yang belum beruntung. Kesadaran semacam ini menunjukkan rasa tanggung jawab pihak sekolah dalam memperhatikan kualitas makanan.
Setelah menyadari adanya gejala keracunan, guru dan staf sekolah dengan cepat memberikan penanganan medis. Beberapa siswa mendapatkan perawatan dengan pemberian obat, infus, dan bahkan selang oksigen untuk membantu pernapasan mereka.
Jumlah Korban dan Respons Kesehatan
Jumlah siswa yang terpapar keracunan diperkirakan mencapai 68 orang, meski menurut Nuryana, ada kemungkinan masih ada siswa lain yang merasakan gejala tetapi tidak melapor. Ia menyatakan bahwa di antara siswa tersebut, terlihat bahwa sebagian besar sudah diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan.
Nuryana menambahkan bahwa beberapa siswa dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banjar serta rumah sakit Mitra Idaman untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Secepatnya tanggapan ini menunjukkan bagaimana seriusnya situasi yang dihadapi medan pendidikan.
Peristiwa ini memerlukan tindakan cepat dan responsif dari pihak sekolah dan tenaga medis untuk mengurangi dampak yang lebih luas. Pihak berwenang juga perlu melakukan investigasi untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Pentingnya Pengawasan Keamanan Makanan di Sekolah
Insiden keracunan di sekolah jelas menunjukkan kebutuhan mendesak akan pengawasan lebih ketat terhadap keamanan dan kualitas makanan yang disajikan kepada siswa. Pendidikan bagi pihak sekolah mengenai standar makanan yang aman adalah langkah penting untuk memastikan kesehatan anak-anak.
Selain itu, penting bagi dapur yang menyediakan makanan untuk sekolah agar menerapkan praktik terbaik dalam pengelolaan bahan makanan dan penyajian. Kesalahan kecil dapat berdampak besar pada kesehatan banyak anak.
Pendidikan mengenai gizi dan pentingnya makanan sehat juga harus ditanamkan kepada para siswa agar mereka dapat menghargai makanan yang baik dan aman bagi kesehatan mereka. Pengetahuan ini tidak hanya berguna saat di sekolah, tetapi akan berlanjut hingga ke kehidupan sehari-hari mereka.














