Puluhan siswa di Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengalami dugaan keracunan makanan yang diduga terjadi akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Insiden ini berlangsung pada Selasa, 30 September, dan melibatkan siswa dari berbagai tingkatan, mulai dari SD hingga SMP.
Petugas medis dari puskesmas setempat segera merespons situasi ini dengan memberikan penanganan kesehatan bagi siswa yang mengalami gejala keracunan. Kepala Puskesmas Kadungora, Noni Cahyana, melaporkan bahwa jumlah siswa yang mendapatkan perawatan di puskesmas awalnya mencapai 19 orang, dengan penambahan sekitar 10 orang setelah evaluasi lebih lanjut.
Seiring berjalannya waktu, jumlah siswa yang dirawat semakin meningkat. Noni menyampaikan bahwa siswa yang dirawat terdiri dari berbagai sekolah di daerah tersebut, mencakup siswa dari SD dan SMP yang mengalami gejala serupa.
Tanggaan Awal dan Penanganan Kesehatan yang Diberikan
Pada tahap awal, korban yang dibawa ke puskesmas adalah 19 siswa yang menunjukkan gejala keracunan. Namun, seiring dengan penanganan yang dilakukan, jumlah ini bertambah cukup signifikan.
Di puskesmas, siswa-siswa ini mengalami gejala seperti mual dan muntah-muntah. Tim medis harus bekerja keras untuk menangani setiap kasus sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Kepala puskesmas menyatakan bahwa tim medis tetap siaga untuk memberikan perawatan lebih lanjut bagi siswa dari tiga sekolah yang berbeda. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya respons cepat dan tepat dalam menangani insiden kesehatan di sekolah.
Penyebab dan Kronologi Kejadian Keracunan
Salah satu faktor yang menyebabkan keracunan adalah penyajian menu yang tidak memenuhi standar kesehatan. Banyak siswa mengeluhkan gejala yang serius setelah menyantap makanan dari program MBG.
Berdasarkan pengamatan, kejadian ini berlangsung sekitar pukul satu siang, dan gejala mulai muncul secara bersamaan. Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah pada makanan yang diberikan kepada siswa.
Seorang guru dari SMPN 1 Kadungora, Eros, yang terlibat dalam evakuasi memberi tahu bahwa upaya secepat mungkin dilakukan untuk membawa siswa ke puskesmas. Kami melakukan pencatatan dan pemantauan untuk memastikan tidak ada siswa lain yang terlewat.
Respons dari Pihak Sekolah dan Orang Tua
Langkah cepat diambil oleh sekolah untuk menangani situasi ini. Sekolah berkoordinasi dengan puskesmas untuk memastikan semua siswa yang mengalami gejala keracunan mendapat perawatan yang memadai.
Guru Eros juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan orang tua dalam situasi darurat semacam ini. Sekolah melakukan pendataan melalui formulir online untuk mengidentifikasi siswa yang mungkin terpapar.
Orang tua siswa, seperti Wiwin, juga merasakan kecemasan yang mendalam saat mengetahui anaknya mengalami gejala keracunan. Pengalaman anaknya yang mengalami sesak dan sakit perut pasca menyantap makanan membuatnya sangat khawatir.