PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) baru-baru ini mengumumkan laporan keuangan untuk kuartal III 2025. Laba bersih yang dicapai perusahaan mencapai Rp 41,23 triliun, meskipun angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 45,36 triliun.
Dirut BRI, Hery Gunardi, mengungkapkan bahwa perusahaan telah berhasil menorehkan kinerja positif secara konsolidasi. Dalam konferensi pers yang digelar untuk merilis laporan tersebut, Hery menambahkan bahwa BRI tetap optimis di tengah tantangan pasar yang ada.
Kinerja keuangan yang baik ini turut memberikan dampak positif terhadap total aset BRI. Aset perusahaan mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 8,2 persen, mencapai sekitar Rp 2.123,4 triliun hingga akhir September 2025.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang Stabil Jadi Landasan Kekuatan
Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan yang menunjukkan tren positif. Total DPK BRI tumbuh sebesar 8,2 persen secara tahunan, mencapai angka sekitar Rp 1.474,8 triliun.
Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan CASA (Current Account Savings Account) atau dana murah yang menjadi favorit nasabah. Dengan kondisi seperti ini, BRI semakin berpotensi untuk mengembangkan produk layanan keuangannya.
Peningkatan DPK juga berdampak pada likuiditas yang lebih baik. Hal ini membuat BRI dapat lebih mudah dalam melakukan penyaluran kredit kepada nasabah, yang juga menjadi prioritas utama dalam strategi perusahaan.
Performa Kredit yang Solid Dalam Penyaluran Modal
BRI melaporkan pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup memuaskan, mencapai 6,3 persen secara tahunan hingga akhir triwulan ketiga. Total penyaluran kredit mencapai sekitar Rp 1.438,1 triliun, menunjukkan kesinambungan dalam dukungan modal kepada nasabah.
Dengan pertumbuhan ini, BRI tetap berfokus pada segmen-segmen yang menjadi kekuatan utamanya. Sektor mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu kelompok yang mendapatkan porsi terbesar dari penyaluran kredit tersebut.
Peningkatan penyaluran kredit juga berhubungan erat dengan strategi BRI dalam memperluas jangkauan layanannya. Dengan usaha yang berkelanjutan, bank ini berupaya memperkuat posisinya di pasar keuangan nasional.
Kendala dan Rasio Kredit Macet yang Terkendali
Meskipun ada pertumbuhan yang positif, BRI tetap menghadapi tantangan dalam pengelolaan kredit. Namun, rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) untuk BRI terbilang terkendali, dengan angka gross dan net masing-masing berada di level 3,29 persen dan 1,04 persen.
Angka ini menunjukkan bahwa meskipun tantangan di pasar tetap ada, BRI mampu mengelola risiko dengan baik. Upaya manajemen dalam menjaga kualitas kredit menjadi faktor penting dalam keberhasilan ini.
Dengan dampak positif dari rasio NPL yang terjaga, BRI dapat terus melakukan ekspansi tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian. Hal ini menjadi landasan dalam menjaga kepercayaan nasabah dan investor.
Strategi Penyaluran Dana yang Efektif dalam Mendukung Pertumbuhan
Salah satu program penting yang dilaksanakan oleh BRI adalah penyaluran dana Saldo Anggaran Lebih (SAL). Hery Gunardi menyampaikan bahwa perusahaan berhasil menuntaskan penyaluran dana sebesar Rp 55 triliun kepada berbagai sektor.
Dana tersebut merupakan bagian dari total Rp 200 triliun yang disimpan sebagai dana pemerintah di Bank Indonesia. Dengan penyaluran ini, BRI menunjukkan komitmennya dalam mendukung sektor-sektor yang memerlukan akses pembiayaan.
Segmen mikro menjadi porsi terbesar dalam penyaluran dana SAL ini, yang merupakan bagian dari strategi BRI untuk memperkuat perannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. BRI berupaya memberikan kontribusi riil melalui penyaluran kredit yang tepat sasaran.














