Dalam era digital yang semakin canggih, ideologi kekerasan dan paham intoleran kerap kali menyebar dengan cepat melalui berbagai platform media sosial. Masyarakat, terutama perempuan, diharapkan dapat berkontribusi dalam mencegah penyebaran paham tersebut dengan memperkuat peran keluarga sebagai fondasi utama dalam pendidikan nilai-nilai kebangsaan.
Dialog Kebangsaan yang digelar baru-baru ini menjadi momentum yang tepat untuk membahas berbagai tantangan yang dihadapi bangsa. Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya moderasi dalam beragama dan berkehidupan sosial.
Pentingnya Peran Keluarga dalam Mencegah Radikalisasi
Shadiq Pasadigoe, anggota Komisi XIII DPR RI, mengungkapkan pentingnya peran keluarga dalam menanggulangi paham radikal. Menurutnya, keluarga merupakan garda terdepan dalam membentuk karakter dan nilai moral anak-anak, sehingga perlu adanya sinergi antara orang tua dan masyarakat.
Dia juga menekankan bahwa keluarga yang kuat akan mampu memberikan perlindungan terhadap anak-anak dari pengaruh negatif di luar. Komunikasi yang baik di dalam keluarga dapat menjadi senjata ampuh untuk melawan propagandisme yang ada di dunia maya.
Dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya paham ekstremisme, diharapkan orang tua dapat mengarahkan anak-anak untuk tidak terpengaruh oleh ajakan yang merugikan. Kegiatan dialog seperti ini dapat menjadi salah satu langkah awal untuk menyebarluaskan informasi tersebut.
Menanggapi Ancaman di Era Digital yang Meningkat
Dalam penjelasannya, Shadiq juga menginformasikan bahwa Indonesia berhasil mencatatkan nol serangan terorisme pada tahun 2023. Prestasi tersebut diperoleh berkat kerjasama semua pihak, namun pengawasan tetap harus diutamakan mengingat ancaman saat ini kian halus.
Ia mengingatkan masyarakat agar tidak lengah, terutama dengan maraknya kegiatan yang meresahkan di ruang digital dan media sosial. Pola-pola baru dalam penyebaran ideologi intoleran ini harus diwaspadai agar tidak menggangu stabilitas keamanan nasional.
Penting bagi masyarakat untuk aktif berperan dalam menjaga keamanan dengan cara saling berbagi informasi dan saling mengingatkan. Kesadaran kolektif menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari pengaruh negatif.
Dialog Kebangsaan sebagai Sarana Edukasi dan Toleransi
Dengan adanya Dialog Kebangsaan, dialog antar masyarakat dapat dihidupkan kembali untuk mendorong pemahaman yang lebih toleran. Shadiq menyarankan agar nilai-nilai Pancasila dan semangat Bhinneka Tunggal Ika diinternalisasi secara penuh dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan generasi muda.
Pendidikan yang mengedepankan toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan menjadi penting untuk ditanamkan. Kegiatan seperti ini harus berlangsung secara berkelanjutan untuk mencapai hasil yang optimal.
Berbagai kegiatan interaktif dan partisipatif dapat dilakukan untuk melibatkan lebih banyak orang. Dengan cara ini, harapannya adalah masyarakat akan semakin peka terhadap isu-isu yang ada dan mampu berkontribusi dalam menjaga keamanan bersama.
Dukungan terhadap program BNPT yang mengedepankan pendekatan humanis sangat diperlukan dalam mengatasi persoalan radikalisasi. Shadiq menekankan bahwa tindakan represif tidak selalu menjadi solusi yang baik, bahkan bisa memperburuk keadaan.
Program yang bersifat edukatif dan memberdayakan menjadi lebih relevan dalam konteks saat ini. Dengan melibatkan keluarga dan masyarakat, tindakan pencegahan radikalisasi dapat lebih efektif.
Ia mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang menuju kepada masyarakat yang lebih baik. Kesadaran dan pendidikan mengenai bahaya paham ekstremisme perlu dilakukan secara luas, agar semua lapisan masyarakat teredukasi dengan baik.














