Program pengendalian tuberkulosis (TB) memiliki landasan yang kuat berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan secara internasional termasuk oleh WHO. Pengalaman dari berbagai negara juga menunjukkan bahwa upaya ini bisa diimplementasikan dengan baik di lapangan, sehingga dampaknya dapat dirasakan secara signifikan.
Dari pengalaman yang ada, kita dapat menyimpulkan bahwa ada lima kegiatan inti dalam program pengendalian TB, yaitu pencegahan, skrining, diagnosis, pengobatan, dan penanganan kondisi khusus. Dengan mematuhi pedoman tersebut, kita dapat lebih efektif dalam menanggulangi masalah TB di masyarakat.
Belum lama ini, WHO merilis publikasi penting mengenai peran gizi dalam pengendalian TB. Publikasi ini sejalan dengan dua program strategis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo, yang berfokus pada Makan Bergizi Gratis dan penanggulangan tuberkulosis sebagai prioritas nasional.
Pentingnya Komitmen dalam Pengendalian TB di Masyarakat
WHO menekankan pentingnya tiga prinsip dasar pengendalian TB pada World TB Day 2025, yaitu “Commit, Invest and Deliver”. Ketiga prinsip ini menjadi pilar utama dalam pelaksanaan program pengendalian TB secara menyeluruh di berbagai sector.
Mengenai komitmen, telah disusun Peraturan Presiden yang mendukung hal ini bersama dengan PHTC atau Quick Win yang dipimpin oleh Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran. Komitmen ini perlu ditransmisikan ke berbagai kementerian, ke pemerintah daerah, serta kepada semua lapisan masyarakat yang terlibat.
Komitmen tidak hanya menjadi tanggung jawab satu pihak, tetapi diperlukan sinus dari berbagai elemen untuk memastikan program ini dapat berjalan dengan contoh dan aksi nyata di lapangan. Setiap pihak harus berkontribusi dalam memperkuat upaya ini agar bisa nyata berhasil.
Investasi yang Diperlukan untuk Menunjang Program Pengendalian TB
Selanjutnya, investasi menjadi aspek penting dalam keberhasilan program pengendalian TB. Dukungan anggaran yang memadai diperlukan untuk mengimplementasikan berbagai kegiatan yang direncanakan. Tanpa dukungan keuangan yang cukup, upaya pengendalian TB menjadi tidak efektif.
Pentingnya investisipen dapat terlihat dari kesiapan pemerintah dan swasta untuk berkolaborasi dalam menyediakan sumber daya dan pendanaan. Dengan investasi yang tepat, berbagai program dapat dijalankan secara optimal agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Setiap elemen masyarakat juga diharapkan untuk berpartisipasi dalam menggalang dana dan support yang diperlukan. Dengan cara ini, pengendalian TB akan mendapatkan penguatan dari semua lapisan, dari masyarakat hingga pemerintah pusat.
Peran Penting dalam Pelaksanaan Program di Lapangan
Aspek ketiga yang tidak kalah penting adalah pelaksanaan, atau “Deliver”, dari program yang telah disusun. Dalam tahap ini, tugas kita adalah memastikan bahwa semua program dapat berjalan dengan baik di lapangan dan mencapai target yang telah ditentukan. Kerja keras sangat diperlukan.
Dukungan dari masyarakat, organisasi profesi, dan seluruh pihak terkait sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan. Dalam hal ini, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menegaskan kesiapannya untuk berkontribusi penuh dalam semua aspek pengendalian TB.
Keberhasilan program tergantung pada akuntabilitas dan koordinasi yang baik antar semua pihak. Ini menjadi tantangan yang harus dihadapi agar pengendalian TB bisa lebih efektif dan berdampak positif terhadap kualitas kesehatan masyarakat.
Penulis adalah Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, juga memiliki rekam jejak sebagai Mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.