Badan Gizi Nasional (BGN) telah mengeluarkan permohonan maaf terkait terjadinya sejumlah insiden keracunan makanan yang menyangkut program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hingga 25 September 2025, terdapat 5.914 laporan kasus yang dikategorikan sebagai insiden keamanan pangan yang meresahkan masyarakat.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menyampaikan bahwa meskipun angka tersebut mencolok, tidak semua laporan menunjukkan keracunan secara langsung. Beberapa di antaranya diduga akibat alergi makanan atau masalah kesehatan lainnya yang tidak berkaitan dengan program makan tersebut.
“Dari hati saya yang terdalam, saya mohon maaf atas nama BGN, atas nama seluruh SPPG di Indonesia, saya mohon maaf,” ungkap Nanik dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta. Pernyataan ini menunjukkan kepedulian BGN terhadap kondisi yang dialami oleh sejumlah penerima manfaat program ini.
Pengakuan dan Tanggung Jawab BGN dalam Insiden Ini
Nanik juga mengekspresikan rasa prihatin yang mendalam melihat dampak yang Dialami oleh ribuan orang, terutama anak-anak. “Sebagai seorang ibu, mendapati anak-anak dalam kondisi yang tidak baik membuat saya merasa sangat stres,” ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa insiden tersebut tidak hanya berdampak fisik, tetapi juga emosional bagi para orang tua.
BGN berkomitmen untuk menanggung seluruh biaya perawatan bagi mereka yang terdampak oleh insiden tersebut. Ini adalah langkah konkret yang menunjukkan tanggung jawab BGN sebagai penyelenggara program yang bertujuan baik namun berujung pada masalah serius.
“Dan mengalami masalah, kami bertanggung jawab penuh dan membiayai semuanya untuk atas apa yang terjadi,” tambahnya lebih lanjut. Dengan langkah ini, BGN ingin menunjukkan bahwa mereka tidak akan mengabaikan dampak dari insiden yang terjadi.
Penerapan Standar Operasional Prosedur yang Ketat
Nanik menjelaskan bahwa BGN akan memperketat pengawasan dan penegakan standar operasional prosedur (SOP) dalam pelaksanaan program MBG di masa yang akan datang. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang kembali dan bahwa makanan yang disediakan benar-benar aman untuk dikonsumsi.
Sebagai bagian dari upaya perbaikan ini, BGN berjanji untuk memperbaiki seluruh aspek pelaksanaan program. “Kami akan melakukan perbaikan secara total atas program MBG ini sehingga tidak akan ada lagi insiden yang meresahkan masyarakat,” tegas Nanik.
Melalui revisi mendalam dan penerapan standar yang lebih ketat, BGN berharap dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap program ini, yang sebenarnya memiliki niatan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat.
Tindakan Tegas Terhadap Pembangun SPPG
Buntut dari insiden ini, sebanyak 40 SPPG (Sentra Pangan dan Gizi) ditutup untuk jangka waktu yang belum ditentukan. Penutupan ini dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh penyelidikan dilakukan dengan transparan dan akurat, demi keselamatan masyarakat.
Nanik menyatakan bahwa pihaknya telah memberikan tenggat waktu selama satu bulan kepada mitra-mitra yang terlibat dalam program MBG untuk mematuhi persyaratan tertentu. Persyaratan ini mencakup Standar Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS), sertifikat halal, dan sertifikat kelayakan air yang layak konsumsi.
“Jika dalam waktu satu bulan tidak dipenuhi, kami tidak segan-segan untuk menutup SPPG yang bersangkutan,” ujarnya. Pemberian waktu ini diharapkan dapat menginsentif semua pihak untuk bertanggung jawab dalam menjaga kualitas dan keamanan pangan yang disediakan.