Jaksa Agung Sanitiar (ST) Burhanuddin mengemukakan sikap tegas terhadap pemilihan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) di Indonesia. Dia menegaskan pentingnya untuk tidak mengangkat sosok yang dianggap ‘oon’ atau beloan, yang jelas-jelas tidak memenuhi kriteria prestasi yang diharapkan.
Lebih lanjut, dalam sebuah acara peresmian di Gedung Kejaksaan Tinggi Bali, Burhanuddin menekankan bahwa kejaksaan membutuhkan pemimpin yang cerdas dan berprestasi. Di tengah tantangan yang ada, masih banyak jaksa yang berbakat namun terabaikan karena alasan tertentu.
Burhanuddin menyatakan keprihatinan terhadap situasi saat ini, di mana kajari yang kurang kompeten masih dapat ditemukan. Ia menyoroti bahawa ada pejabat di tingkat kepala seksi yang lebih berprestasi, namun justru tidak mendapatkan kesempatan yang layak.
Pentingnya Integritas dan Kualitas dalam Kejaksaan
Dalam pidatonya, Burhanuddin menekankan bahwa institusi adhyaksa harus dipenuhi oleh orang-orang yang cerdas dan bermutu. Dia dengan tegas menyatakan bahwa kejaksaan tidak akan berkembang jika masih dipimpin oleh mereka yang hanya memahami masalah uang, tanpa punya kompetensi dan integritas.
“Kita perlu membangun ‘bank talent’ yang berfokus pada pemilihan calon pemimpin berdasarkan kemampuan nyata mereka,” ujar Burhanuddin. Hal ini menunjukkan komitmennya untuk mengubah wajah kejaksaan menjadi lebih profesional.
Dia juga mengingatkan bahwa kedekatan personal tidak dapat dijadikan alasan untuk mengangkat seseorang ke posisi puncak. Burhanuddin punya harapan agar semua pemimpin di kejaksaan hanya dipilih berdasarkan prestasi, dan bukan karena hubungan kekerabatan.
Membangun Agenda Peningkatan Sumber Daya Manusia
Satu fokus utama yang dinyatakan Burhanuddin adalah peningkatan sumber daya manusia di institusi kejaksaan. Dia menyadari bahwa banyak jaksa berpotensi tinggi yang terhambat untuk bersinar karena tidak diberikan kesempatan.
“Banyak teman-teman yang pintar, tapi justru tenggelam karena usia dan kesempatan yang terbatas,” ungkapnya. Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat pentingnya dukungan untuk bakat-bakat muda dalam institusi.
Burhanuddin mengajak semua pihak untuk bersikap proaktif dalam merekomendasikan kandidat yang sesuai berdasarkan kriteria prestasi. Dia menekankan pentingnya kualitas di atas segalanya dalam pemilihan calon pemimpin kejaksaan.
Strategi untuk Menghindari Praktek Kolusi dalam Pengangkatan
Salah satu kebijakan yang ditegaskan Burhanuddin adalah menolak praktek ‘ewuh pakewuh’ dalam pengusulan kandidat. Dia ingin agar semua pihak bisa memiliki keberanian untuk merekomendasikan orang yang benar-benar kompeten tanpa terpengaruh oleh tekanan sosial.
“Jika kita terus menerus mengusulkan orang hanya karena kedekatan, maka kejaksaan akan mengalami kerugian yang besar,” tegasnya. Pentingnya merombak pola pikir ini menjadi kunci untuk memastikan bahwa institusi adhyaksa mampu berfungsi secara optimal.
Burhanuddin percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, kejaksaan bisa menghasilkan pemimpin yang tidak hanya memiliki gelar, tetapi juga memiliki kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan.
Masa Depan Kejaksaan yang Cemerlang dan Berintegritas
Melihat ke depan, Burhanuddin memiliki visi jelas tentang apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki institusi kejaksaan. Dia ingin memastikan setiap individu di dalamnya mendapatkan peluang sama untuk menunjukkan kemampuan.
“Kita bangun kejaksaan yang kuat, tidak hanya diukur berdasarkan jabatan tapi juga berdasarkan integritas dan inovasi,” ujarnya. Pentingnya pemikiran ke arah masa depan sangat jelas dalam pidato tersebut.
Dengan fokus pada pengembangan kompetensi dan pengawasan yang ketat, Burhanuddin berharap kejaksaan akan mampu menghasilkan hukum yang adil dan memberikan rasa aman bagi masyarakat.